merupakan salah salah masjid tua di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Sejarah perkembangan Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal tidak terlepas dari sejarah perkembangan pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Menurut sejarah pemerintahan zaman dahulu, perkembangan masjid itu tidak terlepas dengan tiga hal yaitu, pemerintahan, pendidikan, dan masjid.
Pada
waktu itu daerah ini, bahkan seluruh daerah Pantai Timur Provinsi
Jambi dihuni oleh suku Laut yang masih beragam Animisme dan sedkit
sekali suku Melayu yang beragama Islam, namun baru nama, belum
amaliyahnya. Sebab belum adanya sarana ibadah, guru agama dan da’i.
Kekosongan dapat di isi oleh suku Banjar yang diantaranya terdapat
guru-guru agama.
Sejak
itulah bermunculan rumah ibadah dan madrasah dengan bentuk yang sangat
darurat dan sederhana sekali. Di Kuala Tungkal berdiri satu masjid dan
madrasah pertam akali didirikan di Parit III Kelurahan Tungkal II
Kecamatan Tungkal Ilir, untuk shalat jama’ah dan jumat. Kemudian
menyusul di Parit II Tungkal IV di dirikan sebuah Surau oleh suku
Melayu.
Namun beberapa tahun berjalan timbullah perpecahan antara suku Banjar dan Melayu. Suku Banjar mengelola Masjid di Parit III dan suku Melayu mengelola Surau di Parit II. Perpecahan ini disebabkan oleh masalah khilafiyahan/furu’iyah, perpecahan ini menguntungkan Pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.
Namun beberapa tahun berjalan timbullah perpecahan antara suku Banjar dan Melayu. Suku Banjar mengelola Masjid di Parit III dan suku Melayu mengelola Surau di Parit II. Perpecahan ini disebabkan oleh masalah khilafiyahan/furu’iyah, perpecahan ini menguntungkan Pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.
Untuk
menghindari perpecahan tersebut, maka tokoh ulama’ dan tua tengganai
kedua belah pihak mengadakan musyawara. Dicapailah mufakat bahwa akan
dibangun sebuah masjid besar yang terletak di antara kedua masjid
tersebut sedangkan kedua masjd tersebut diturunkan fungsinya menjdi
surau.
Pada
tahun 1940 tepatnya dibangunlah masjid besar tersebut diatas tanah
wakaf dari H. Badaruddin seluas + 107,7 M x 47,7 M namun pemancangan
tiang pertamanya baru dilaksanakan pada zaman Pemerintahan Jepang pada
tahun 1943 dengan bangunan berukuran 25 x 25 M pondasi tanah, tiang
kayu dan besi, dinding papan kapur, atap tingkat pertama genteng dan
tingkat kedua atap sirap, kubah serta mirhab beratap seng.
Masjid
Agung Sebagai Pusat Penyiaran Agama Islam Karena lokasinya
berdampingan dengan madrasah Al-Hidayatul Islamiyah yang di dirikan oleh
KH. M. Daud Arif pada tahun yang hampir bersamaan dan pengelolaannya
pun orang yang sama. Maka masjid ini merupakan pusat penyiaran agama
Islam di Kuala Tungkal antara lain, Mengadakan pengajian Ilmu-ilmu
agama, Tauhid, Fiqh, Tasauf, tafsir, dan Hadits serta Qira’atul Qur’an
secara terjadwal.
Mengadakan
ceramah-ceramah agama ketempat-tempat lain, rumah-rumah penduduk dan
lainnya. Selain itu juga masjid ini juga Sebagai Markas Pejuang
Kemerdekaan.Masjid Agung juga difungsikan sebagai markas kegiatan
gerakan Kemerdekan RI membentuk barisan Hisbullah dan Selempang Merah
untuk Pemuda dan mengelorakan kemerdekaan bangsa.
Sehingga
di kalangan jama’ahnya banyak yang menjadi pemimpin dan anggota
Barisan Selempang Merah dan banyak yang gugur dalam perang kemerdekaan
RI. Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkaldalamsejarahperkembangannya
sudah mengalami renovasi atau perbaikan fisik bangunan di berbagai
bagiannya yaitu mulai serambi, tempat wudhu, toilet, kantor, ruang
perpustakaan, ruang rapat dan ruangan kantor MUI, kantor petugas dan
pagar.
Renovasi
serambi kanan dan serambi kiri Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal
tersebut diselesaikan atau dibangun pada tahun 2002 M, dengan dana
dari swadaya dan APBD Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar Rp.
497.071.000,- (empat ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh puluh satu
ribu rupiah) termasuk renovasi tempat wudhu dan toilet.
Sampai
sekarang Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal terdiri dari ruang
tempat shalat bagian dalam dan luar, serambi kanan, serambi kiri, dan
serambi depan, serta bangunan penunjang lainnya. Selain itu terdapat
style Arab pada beberapa kaligrafi dan mihrob yang berbentuk lengkung.
Seperti halnya masjid-masjid tua yang lain Masjid Agung Al-Istiqamah
Kuala Tungkal tidak terlepas dengan keberadaan menara. Sampai sekarang
Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal memiliki satu menara yang
digunakan sebagai tempat untuk tempat pengeras suara dan pemancar Radio.
Masjid
Agung Al-Istiqamah ini juga memiliki atap yang berbentuk Kubah
(berbentuk lengkung setengah bulat). Di samping kanan Masjid Agung
Al-Istiqamah juga terdapat lembaga pendidikan MI/SD, MTs dan Aliyah yang
kesemuanya dalam naungan Yayasan PHI. Untuk masuk kedalam Masjid Agung
Al-Istiqamah Kuala Tungkal ada enam buah pintu utama, yaitu berada di
depan dua buah pintu, di samping kanan ada dua buah pintu dan di
samping kiri juga ada dua buah pintu. Pintupintu tersebut terbuat dari
kayu Jati dan terukir dengan indah.
Masjid
tersebut juga memiliki empat tiang utama masjid yang ukurannya cukup
besar-besar dan 12 tiang utama serambi masjid. Sementara untuk kelantai
dua harus melalui dua buah tangga yang berada disebelah kiri dan kanan
dalam teras masjid. Dalam keseharian masjid ini. Di gunakan.
Sembahyang jamaah, dan pada bulan ramadhan ini. Setiap waktu Terutama
waktu dzhuhur. Dan A’shar, ada sekitar 450 jamaah yang bersembahyang di
masjid tersebut. ” Kalau waktu Zhuhur, biasanya ada 450 jamaah di sini
, 300 murid PHI dan lainya dari jamaah umum, papar. Ahmad Yani (50)
kaum masjid ini.
Dikatakannya
pada bula puasa ini Msjid Agung setiap pagi menggelar kegiatan
pengajian, tafsir al Jalalain, yang di ada hingga menjelang zhuhur.
“Dulu kegiatannya sore, karena pesertanya banyak yang ngantuk makanya
di ganti pagi,papar lelaki yang sudah dua belas tahun menekuni profesi
ini.
Selain
itu pada bulan Ramadhan ini masjid ini pada sore hari juga mengadakan
kegiatan buka puasa bersama , dan biasanya kegiatan ini di mulai dengan
kultum dan ceramah. Selain. Shalat tarawih pada malam harinya juga
selalu di gelar, biasanya bacaan surat pada tarawih setiap malam
menghabiskan bacaan stu juz , alqur’an .
Dulu
bacaan shalat tarawih selalu khatam satu jus setiap malam, tapi karena
imamnya sudah uzhur, sekarang tidak di lakukan lagi karena belum ada
pengganti yang berani tampil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar